Minggu, 07 Juli 2013

Permasalahan Gizi di Indonesia


Permasalahan gizi dan pangan Indonesia tentu dapat diselesaikan dengan pengorganisasian kebijakan pemerintah pusat dan daerah yang baik. Untuk mencapai status perbaikan gizi dan pangan nasional peran pemerintah saja tidak cukup, karena proses pengawasan dan pendanaan yang setingkat nasional tidaklah mudah. Disini peran daerah diperlukan untuk dapat melaksanakan maupun menginovasikan program gizi dan pangan. Dalam semua program permerintah yang telah terencana belum memberikan hasil yang baik dibandingkan program nasional di era orde baru seperti posyandu, KB (Keluarga Berencana), imunisasi, karena dipandang kebutuhan dan permasalahan di daerah berbeda-beda. Pemerintah daerah yang dianggap lebih memahami permasalahan daerahnya dituntut akan inovasinya serta jalinan hubungan kemitraan dengan swasta. Dengan adanya pengoptimalan program dipandang lebih bijak daripada menghabiskan banyak uang pada program baru. Perlu ditinjau lagi siapakah yang menjadi objek masalah gizi yang akan dilakukan, karena permasalahan yang berbeda pasti sasaran intervensinya berbeda pula sehingga lebih meningkatkan keefektivan. Misal pada gizi buruk, selain bayi dipertimbangkan pula ibunya pada saat kehamilan. Kemudian perlu ditinjau dampak apa saja yang terjadi pada masalah kesehatan agar program yang ada sesuai diimbangi dengan tersedianya sumberdaya dan manusia. Pengoptimalan tentunya juga dibarengi dengan perbaikan yang dapat dipelajari dari evaluasi yang ada.
Kebijakan dalam permasalahan gizi dan pangan ini dilakukan dengan KIE gizi dan pangan serta program lain yang kreatif. Dengan KIE dan program ini diharapkan kemandirian dan partisipasi masyarakat untuk dapat mengatasi masalah gizi dan pangan masyarakat tersebut, jadi bernuansa community based management. Dalam KIE dilakukan pendidikan / edukasi sehingga masyarakat tidak hanya mengerti tetapi juga dapat menerapkan PHBS, kesadaran akan gizi dan kesehatan serta keinginan untuk mencari informasi tentang kesehatan. Sasarannya mungkin lebih kepada ibu-ibu karena biasanya terdapat perkumpulan ibu-ibu PKK dan juga mengingat perannya sebagai pengatur asupan gizi dalam menu makan keluarga.
Program lainnya dapat berupa dibentuknya Rumah Gizi yang memberikan informasi tentang gizi pada anak, dan tidak hanya itu, dapat juga dijadikan tempat untuk memeriksa status gizi anak serta pengobatan dan pemeliharaannya.
Kebijakan lain yang perlu diperhatikan berkaitan dengan ketersediaan pangan adalah diversifikasi dan alternatif pangan. Ketersediaan pangan dibutuhkan apabila ingin status gizi masyarakat lebih baik. Kebijakan mono kultur beras adalah jalan yang tidak tepat untuk mengatasi kekurangan pangan (gizi) di negara kita. Walaupun teknologi perberasan Indonesi sudah yang paling produktif dan terefisien di Asia Tenggara. Produksi pangan pada tahun 2006, beras 31 juta ton, singkong 19 juta ton, ubi jalar 1,2 juta ton, jagung 12 juta ton, cukup untuk kebutuhan pangan warga Indonesia. Namun karena 62 % penduduk sekarang bergantung hanya pada padi-padian, sehingga menjadi kekurangan pangan. Diversifikasi dan alternafiv pangan dapat mengembangkan gandum, jagung, ubi serta umbi-umbian yang setara beras untuk dapat dimanfaatkan mengingat suplai kita telah ada. Diversifikasi ini juga dapat meringankan penduduk yang miskin.
Berikut beberapa tindakan dalam mengatasi permasalahn gizi di Indonesia:
1.      Tersedianya lahan untuk menanam tanaman pangan.
2.      Tersedianya sumber daya manusia yang berkualitas untuk membantu meningkatkan baik produksi pertanian maupun distribusi pangan yang merata.
3.      Tersedianya dana untuk menyediakan modal pertanian yang diperlukan.
4.      Fokus pada keluarga miskin.
5.      Meningkatkan upaya kesehatan ibu untuk mengurangi bayi dengan berat lahir rendah.
6.      Meningkatkan program perbaikan zat gizi mikro.
7.      Meningkatkan program gizi berbasis masyarakat.
8.      Memperbaiki sektor lain yang treakit erat dengan gizi (pertanian, air dan sanitasi, perlindungan, pemberdayaan masyarakat dan isu gender).
9.      Memperkuat upaya jangka pendek dengan tetap melakukan upaya jangka panjang.
Jangka pendek:
    -Penimbangan
    -Pelayanan kesehatan dan gizi ibu hamil
    -Suplemen zat gizi mikro
    -Fortifikasi
    -MP-ASI
    -Program Keluarga Harapan
    -Penyuluhan
    -ASI Eksklusif
    -Pendidikan gizi dan higienis
    -Perilaku hidup sehat

Referensi
Harper, J Laura dkk. 1985. Food Nutrition and Agriculture. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press)
Nursanyoto Hertog dkk. 1992. Ilmu Gizi. Jakarta: PT Golden Terayon Press
http://tinarbuka-aw.students-blog.undip.ac.id/2011/07/445/
http://mhs.blog.ui.ac.id/putu01/2012/01/09/strategi-dalam-menanggulangi-masalah-gizi/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...